search blog

Selasa, 29 Maret 2011

ilmu sosial

Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

I.I. Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2. Permasalahan .....................................................................................................1
1.3. Tujuan ................................................................................................................1

Bab II Pembahasan

2.1 Ruang Lingkup Ilmu Sosial ................................................................................2
2.2 Perkembangan Ilmu Sosial .................................................................................4
2.3 Masyarakat dalam Perspektif Ilmu sosial ...........................................................5
2.4 Kebudayaan dan Ilmu Kebudayaan ...................................................................6

Bab III Penutup ..................................................................................................................9

Daftar Pustaka

























BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
Manusia sejak dari Zaman dulu sangat membutuhkan yang namanya hubungan antar manusia. Dimana manusia saling berinterkasi dalam berkumunikasi antara manusia satu dengan manusia lainnya. Ilmu sosial mempelajari segala aspek kehidupan bersama yang terwujud dalam semua bidang ke ilmuan dengan cita-cita yang semuanya adalah dari proses-proses fisik, Moral dan Intelektual. Dan dari kesemuanya itu tentu membutuhkan proses pendidikan yang lebih efisien.
Seandainya kita berbicara tentang sistem pendidikan dan Moral dalam hubungan manusia, kita bisa melihat sekarang bahwa dalam manusia berinteraksi terhadap sesamanya, banyak terdapat suatu kesalahpahaman dalam berinteraksi. Sehingga sebagai akibatnya, telah berkembangnya suatu budaya ilmu sosial yang tidak reflektif dan tidak peduli terhadap teori yang ada.
Budaya yang cenderung birokratis ini telah berkembang di dalam lingkungannya sehingga sama sekali tidak ramah terhadap sikap ke ilmuan yang sebenarnya tidak dapat memberikan tempat dalam pengembangan suatu logika dalam masyarakat dan masyarakat dalam berinteraksi tidak lagi sesuai dengan kaidah yang sebenarnya.
Sehubungan dengan masalah tersebut sehingga penulis mengangkat tema dalam makalah yaitu ; “Memahami Ilmu sosial dalam masyarakat dan mempelajari suatu ilmu kebudayaan” sehingga dapat di pahami dan dipelajari oleh setiap orang yang membutuhkannya khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi kemudian dapat di implementasikan kepada masyarakat.

1.2 permasalahan
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah

1. Ruang Lingkup Ilmu So
3. Masyarakat dalam perspektif Ilmu Sosial
4. apa Definisi dari kebudayaan dan Ilmu Kebudayaan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :

1. Memberikan gambaran secara deskriptif mengenai ruang lingkup dari Ilmu sosial dan apa masalahnya
2. Memahami dan Mempelajari suatu perkembangan ilmu sosial yang sampai telah berkembang dengan sangat cepat
sial dan Masalahnya
2. Bagaimana Perkembangan Ilmu SosialMengetahui perspektif masyarakat manusia
3. Mengetahui apa definisi dari kebudayaan dan Ilmu kebudayaan serta perbedaan antara keduanya



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Masalahnya

2.1.1 A. Ruang Lingkup Ilmu Sosial, terdiri dari :
1. Antropologi, yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu, sehingga dalam budaya tersebut tidak terjadi suatu kesalahpahaman antar sesama
2. Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat. Karena apabiola dalam pembagian suatu bahan produksi maka akan terjadi suatu kejadian tindak kriminal
3. Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena fisik dan manusia di atas permukaan Bumi.
4. Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan dalam pemerintahan dari suatu negara.
5. Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dalam masyarakat dari bahasa dalam negara tersebut.
6. Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral. Karena apabila moral tidak terbentuk dengan kaidah yang benar sehingga cara proses penerimaan siswa dalam belajar sudah tidak efektif.
7. Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Dalam mempelajari proses ini tentu kita sudah siap untuk menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi dimana tersebut kita dapat menyelesaikannya dengan kepala yang dingin atau dengan tenang.
8. Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
9. Sejarah, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.

Dari semua ruang lingkup di atas tentu, kita dapat mengetahui bahwa ilmu sosial itu cakupannya sangat luas karena berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia di muka Bumi ini dengan menggunakan pengetahuan dari lapangan ilmu-Ilmu sosial tersebut, sehingga manfaatnya yaitu dapat menimbulkan kesinambungan antara manusia dalam berinteraksi dan sebagainya.










2.1.2. Masalah-masalah dari Ilmu Sosial

Manusia selalu dihadapkan dengan masalah dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungan antara manusia itu sendiri dan tingkah lakunya. Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakatv satu dengan masyarakat yang lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan, sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya.

Nisbet (1961) menyadari bahwa cara-cara untuk melihat masyarakat dan memahaminya hampir dapat dilihat menurut nilai-nilai dominannya, hasil-hasil teknologinya, pranata-pranatanya yang utama, ataupun sistem-sistem spirtual dan intelektualnya.

Pemecahan dari masalah sosial tersebut menggunakan cara yang yang diketahuinya, dan yang berlaku, tetpi aplikasinya menghadapi kenyataan : hal yang biasanya berlaku telah berubah, atau terhambat pelaksanaanya.

Perbedaan dari masalah sosial dengan masalah yang lainnya yaitu: bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial serta ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia itu terwujud (Nisbet,1961). Pengertian dari masalah sosial memiliki dua definisi yaitu pertama : pendefinisian menurut umum dan menurut para ahli.menurut umum atau masyarakat masalah sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan tehadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.

Menurut cohen (1964) bahwa masalah sosial adalah terbatas pada masalah-masalah keluarga,kelompok,atau tingkah laku individual yang menuntut adanya campur tangan dari masyarakat yang teratur agar masyarakat dapat meneruskan fungsinya. Jadi, masalah sosial adalah suatu cara bertingkah laku yang menentang satu atau beberapa norma yang telah disepakati bersama oleh warga negara. Contohya aksus kemiskinan di Negara Barat sebelumnya merupakan suatu kondisi yang tumbuh dalam masyarakat dan tidak dapat dihindari. Tetapi kemudian karena adanya kondisi kemiskinan ini mempengaruhi kepentingan orang banyak, misalnya karena lingkungan menjadi tidak sehat, maka kemudian dianggap sebagai masalah sosial.

Kepekaan akan adanya masalah-masalah sosial biasanya di mulai oleh para ahli, para cendekiawan, para pemimpin agama dan oleh warga negara yang langsung merasakan akibatnya yang dirugikan dan kondisi objektif yang ada tersebut. Kondisi yang ada disitu yang menjadi masalah-masalah sosial kalau dapat mempengaruhi sebagian besar warganya.








2.2 Perkembangan Ilmu Sosial

ilmu social itu di awali dari pemikiran para filosof Yunani kuna ; Pythagoras yang mengajarkan “ setiap orang harus tunduk dan bertindak untuk kesejahteraan masyarakat umum, mendukung Negara berarti menguntungkan setiap orang. Pemikiran Pythagoras ini diikuti oleh Hegel filosof Jerman. Tetapi Plato dalam res publica : dalam membangun suatu Negara setiap manusia harus dapat menjalakan penghidupan yang baik dan berguna. Fungsi-fungsi dari hukum ialah menjamin kerjasama dari golongan kecil, jika perlu dengan kekekrasan apabila mereka tidak mau membantunya.

Aristoteles murid Plato lebih membatasi pada hak-hak perseorangan.St. Thomas Aquinas ; walau Negara itu seharusnya memperhatikan kesejahteraan manusia, pemerintah hanya dapat diganti dengan jalan yang syah, oleh sebab itu revolusi tidak dapat dibenarkan. Hobbes (Inggris) dalam Leviathan yang mempertahankan hak-hak kudus seorang raja. Sesudah terjadinya revolusi Perancis 1688 terjadi perebutan kekuasaan dari kaum bourjuis oleh kaum proletariat.

Dalam abad pertengahan munculnya kekuasaan super national dari gereja Katholik dan kerajaan Roma, banyak Negara kecil yang sering dibagi-bagi oleh karena peperangan atau diserahkan kepada pemerintah yang lain dengan jalan perkawinan, tak ayal lagi seorang aja Perancis bisa memerintah di Italia, atau putra mahkota kerajaan Austria memerintah di Spanyol. Kekuasaan tertinggi di tangan Paus. Pada zaman cerah, kekuasaan gerja mulai memudar dari Eropa dan timbullah berbagai gereja dan berbagai macam agama Raja Henry VIII, Charles I dan Francis I adalah raja-raja yang pertama-tama berdaulat. Mereka menganut paham Machiavelli dan Hobes, bahwa sebuah Negara mempunyai hak kesetiaan yang absolute atas rakyatnya, dan itu masih berlaku sampai sekarang.

Tiang-tiang fondasi pembagian ilmu-almu sosial sudah sangat nyata mengkristalkan pada paros pertama abad ke-19. Namun, baru pada periode 1850-1914 diversifikasi intelektual muncul dan struktur disiplin ilmu-ilmu sosial yang dengan resmi diakui oleh berbagai universitas utama dalam bentuk sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.sudah jelas pada periode antara 1500-1850 sudah ada kepustakaan mengenai banyak persoalan sentral yang menmbicarakan tentang apa yang kini kita sebut ilmu sosial.

Kita pun dalam periode ini memiliki diskusi-diskusi awal mengenai deviasi sosial. Seperti pada pemikir yang sudah memandang dirinya sebagai pelaksana di dalam kerangka kerja yang kemudian dianggap sebagai pemisahan disiplin-disiplin Ilmu sosial.

Penciptaan beragam disiplin ilmu sosial merupakan bagian dari upaya umum abad ke-19 untuk melindungi dan memajukan ilmu pengetahuan “objektif” tentang ”realitas” atas dasar-dasar penemuan empiris (yang bertentangan dengan “spekulasi”). Tujuannya adalah untuk mempelajari bukan menciptakan kebenaran.

Hal-hal pertama yang harus dicatat adalah dimana proses institusionalisasi ini berlangsung. Ada lima lokasi utama aktivitas Ilmu sosial selama abad ke-19: Inggris,perancis,Jerman,italia, dan amerika Serikat. Sebagian besar sarjana dan universitas belokasi di 5 wilayah. Sampai hari ini,sebagian besar karaya dari abad ke-19 yang masih tetap kita baca, ditulis salah satu dari ke lima lokasi itu.
Hal ke dua yang harus dicatat adalah bahwa beragam nama mengenai materi kajian atau “disiplin-disiplin Ilmu” muncul sepanjang abad itu. Tetapi, menjelang pecahnya perang dunia 1 terjadilah konvergensi umum dan konsensus disekitar jumlah kecil nama spesifik sedanmgkan calon-calonnya lainnya cenderung di gugurkan.

Yang pertama dari disiplin ilmu sosial yang mencapai eksistensi institusional otonom adalah ilmu sejarah. Memang benar banyak sejarawan secara antusias menolak label ilmu sosial dan beberapa diantaranya masih tetap begitu sampai hari ini. Tetapi banyak dari kami menganggap bahwa berbagai perselisihan antara para sejarawan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai perselisihan internal ilmu sosial sebagaimana kami akan perjelas sambil berjalan.

2.3 Masyarakat dalam Persepektif Ilmu Sosial

Objek dari ilmu sosial adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia di mana manusia saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Dan proses yang timbul dari hubungan manusia tersebut di mana dalam masyarakat ilmu-ilmu sosial mempelajari segala aspek kehidupan bersama yang terwujud dalam semua bidang ilmu pengetahuan dengan cita-cita yang kesemuanya itu adalah kesatuan dari proses-proses fisik, moral dan intelektual.

Saint Simon menggunakan metodologi ilmu alam dalam membaca realitas sosial masyarakat, ia mengatakan bahwa dalam mempelakjari masyarakat harus menyeluruh dikarenakan gejala sosial saling berhubungan satu dengan yang lain dan sejarah perkembangan masyarakat sebennarnya menunjukan suatu kesamaan.

Herbert Spencer. Menurut spencer bahwa objek dari ilmu social hubungan timbal balik dari unsure-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma tas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan. Unsure dalam masyarakat memiliki hubugan yang tetap dan harmonis dan merupakan suatu integrasi.

Menurut August Comte mengatakan bahwa setiap aspek kehidupan dalam masyarakat merupakan obyek dari sosial yang dapat dikaji dan di pelajari sehingga dapat memahami setiap permasalahan yang ada.

Dari beberapa definisi para ahli kita dapat menyimpulkan bahwa masyarakat yang dipandang sebagai obyek dalam ilmu sosial maka dapat di ketahui bahwa masyarakat merupakan cikal bakal dari perkembangan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan dapat memberikan kita wawasan yang lebih luas khususnya pada mahasiswa dan manusia lainnya yang membutuhkan ilmu sosial.









2.4 Kebudayaan dan Ilmu Kebudayaan

2.4.1. Kebudayaan
Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani.


Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa definisi kebudayaan, yaitu :
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional
Unsur-unsur kebudayaan, atas 6 bagian, diantaranya:
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi
Fungsi, Hakekat dan Sifat Kebudayaan Fungsi Kebudayaan Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berbehubungan dengan orangl ain didalam menjalankan hidupnya. kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok
2. Wadah untuk menyakurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya
3. Pembimbing kehidupan manusia
4. Pembeda antar manusia dan binatang

Kebudayaan mempunyai suatu Hakekat Kebudayaan, yaitu :
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
2. Kebudayaan itu ada sebelum generasi lahir dan kebudayaan itu tidak dapat hilang setelah generasi tidak ada
3. Kebudayan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang memberikan kewajiban kewajiban
Sifat kebudayaan terdiri dari 6 bagian, yaitu ;
1. Etnosentis
2. Universal
3. Alkuturasi
4. Adaptif
5. Dinamis (flexibel)
6. Integratif (Integrasi)
Dalam suatu kebudayaan tentu mempunyai, Aspek-aspek kebudayaan, diantaranya:
1. Kesenian
2. Bahasa
3. Adat Istiadat
4. Budaya daerah
5. Budaya Nasional

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan faktor-faktor pendorong proses kebudayaan daerah
1. kontak dengan negara lain
2. sistem pendidikan formal yang maju
3. sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
4. penduduk yang heterogen
5. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Faktor-faktor penghambat proses perubahan kebudayaan terbagi atas 2 bagian diantaranya faktor dari dalam masyarakat dan dari faktor luar masyarakat.
1.faktor dari dalam masyarakat
• betambah dan berkurangnya penduduk
• penemuan-penemuan baru
• petentangan-pertentangan didalam masyarakat
• terjadinya pemberontakan didalam tubuh masyarakat itu sendiri
2. faktor dari luar masyarakat
• berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia
• peperangan dengan negara lain
• pengaruh kebudayaan masyarakat lain
2.4.2. Ilmu Kebudayaan

Ilmu kebudayaan adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara manusia mengatur dan mengembangkan potensinya sehingga dapat menciptakan suatu aturan agar tercipta rasa aman, nyaman, dan tenteram.

Latar Belakang Ilmu Kebudayaan
Latar belakang ilmu budaya dasar dalam konteks budaya, negara, dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan permasalahan sebagai berikut:
1. Kenyataan bahwa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa, dan segala keanekaragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yang biasanya tidak lepas dari ikatan-ikatan (primodial) kesukuan dan kedaerahan.
2. Proses pembangunan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya. Akibat lebih jauh dari pembenturan nilai budaya ini akan timbul konflik dalam kehidupan.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan manusia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yang telah diciptakannya. Hal ini merupakan akibat sifat ambivalen teknologi, yang disamping memiliki segi-segi positifnya, juga memiliki segi negatif akibat dampak negatif teknologi, manusia kini menjadi resah dan gelisah.
Tujuan Ilmu kebudayaan
1. Mengenal lebih dalam dirinya sendiri maupun orang lain yang sebelumnya lebih dikenal luarnya saja
2. Mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain
3. Sebagai bekal penting untuk pergaulan hidup
4. Perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia serta mau tahu perilaku manusia
5. Tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih peka terhadap masalah-masalah pemikiran perasaan serta perilaku manusia dan ketentuan yang diciptakannya
6. Memiliki penglihatan yang jelas pemikiran serta yang mendasar serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya dan ikut mengembangkan budaya bangsa serta melestarikan budaya nenek moyang leluhur kita yang luhur nilainya
7. Sebagai calon pemimpin bangsa serta ahli dalam disiplin ilmu tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan kekotaan sebagai disiplin ilmu yang kaku
8. Sebagai jembatan para saran yang berbeda keahliannya lebih mampu berdialog dan lancar dalam berkomunikasi dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan diberbagai bidang mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun serta mampu memenuhi tuntutan perguruan tinggi khususnya Dharma pendidikan





















BAB. III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu:

a) Dalam ilmu sosial terdapat dan bahkan mempunyai cakupan atau wilayahnya sangat luas dalam bidang suatu bidang keilmuannya.
b) Ilmu sosial akan selalu mempunyai masalah dikarenakan adanya suatu perubahan dimana perubahan tersebut ada yang berjalan sangat lambat dalam penyelesaian masalah tersebut ataupun sebaliknya masalah tersebut akan berjalan sangat cepat
c) Bahwa dalam ilmu sosial masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain dalam berinteraksi dan mereka saling membutuhkan.
d) Masyarakat mengatur kehidupannya agar memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya sehingga kehidupannya menjadi tenteram, aman dan baik.
e) Setiap ilmu kebudayaan mempunyai cara sendiri untuk mengatur kehidupannya yang mengikat dan melaksanakan setiap kebudayaan serta bagaimana peranannya dimasa kini.

teori kebutuhan maslow dan sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha

SIFAT-SIFAT YANG PERLU DIMILIKI WIRAUSAHA

1) Percaya Diri
Seorang wirausahawan harus memiliki sifat pribadi yang mantap dan tidak mudah terombang ambing oleh pendapat orang lain. Emosionalnya bisa dikatakan sudah stabil, tidak mudah tersinggung dan naik pitam. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya, tetapi dia mempertimbangkannya secara kritis.
Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri yang sehat jasmani dan rohaninya.

2) Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seorang wirausahawan harus konsisten terhadap usaha yang dijalaninya dan tentu saja sudah mempertimbangkan matang-matang tentang hasil yang akan diperoleh nantinya.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.

3) Keberanian mengambil risiko
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini seorang wirausahawan dalam menghadapi suatu masalah harus dengan penuh perhitungan dan pertimbangan. Jika hal tersebut sudah dilakukan maka berjalanlah terus dengan tidak lupa kepada Allah SWT .

Pilihan terhadap suatu resiko tergantung dari :
• Keyakinan pada diri sendiri
• Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
• Kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realiti
4) Kepemimpinan
Setiap manusia mempunyai jiwa kepemimpinan, namun bagaimana sifat itu dipupuk semenjak kita masih kecil hingga terbentuk jiwa yang tangguh dan dapat memberikan pengaruh dimanapun ia berada. Sifat inilah yang harus dimiliki seorang wirausahawan, karena yang akan ia bangun nantinya adalah lapangan pekerjaan, sifat ini sangat cocok untuk memanage lapangan pekerjaan yang dibangun agar menjadi solid. Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai serta seorang pemimpin juga harus mau menerima kritik dan saran dari bawahan, ia harus memiliki sifat responsif.

5) Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi
Tidak semua orang mempunyai keorisinilan. Maksud dari orisinil disini adalah sifat yang inovatif, artinya seorang pengusaha harus bisa memunculkan ide-ide baru untuk sebuah wirausaha yang akan dijalaninya.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri :
• Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik
• Selalu menuangkan imajinasi dalaam pekerjaannya
• Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan


6) Berorientasi ke Masa Depan
Seorang pengusaha tentunya sudah mempunyai strategi dan langkah-langkah tertentu untuk mencapai kesuksesan. Harus dapat melihat sudut pandang terhadap usaha yang ia jalani, dan mempunyai gambaran terhadap prospek akan usaha yang ia jalani kedepannya. Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan karena sebuah usaha tidak mungkin hanya berdiri untuk sementara waktu tapi suatu usaha didirikan untuk selamanya, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.

TEORI MOTIVASI HIRARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW

Abraham Harold Maslow (1908 - 1970) adalah psikolog Amerika yang merupakan seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.
Teori Humanistik dan Aktualisasi Diri
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.

Hirarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow


Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
2) Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
3) Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
4) Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.











DAFTAR PUSATAKA

(sumber:www.puskur.net/download/naskahakademik/bidangketrampilan/lifeskills/modelsmk/wirausaha/bab4wirausaha.doc.)
http://jurnalskripsi.com/search/contoh+komunikasi+antar+budaya+dalam+iklan+coca-cola
sumber :Dr.Buchari Alma,1999
www.ruly.blogdetik.com/2008/.../8-jalan-menuju-wirausaha-sukses/
http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow

Minggu, 27 Maret 2011

konsep perencanaan manajemen komunikasi

RANCANGAN KEGIATAN

Rancangan kegiatan ini disusun dengan harapan agar kegiatan yang akan dilangsungkan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh organisasi pelaksana kegiatan.

Penyusunan rancangan kegiatan ini, dilakukan dengan menetapkan beberapa hal menyangkut kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut antara lain:

A. Nama program
Program perencanaan ini bernama “ program pembangunan bidang pariwisata di kota kendari.”

B. Pelaksana kegiatan
Pelaksana program ini adalah dinas pariwisata kota kendari bekerjasama dengan dinas pekerjaan umum kota kendari.

C. Dasar perencanaan program
Sangat dipercaya bahwa ada banyak manfaat ekonomi dari pengembangan pariwisata, dan ada juga ketidak-raguan bahwa Indonesia mempunyai potensi tinggi dalam hal sumber daya pariwisata. Setidaknya memiliki ribuan pulau dan jutaan hektar hutan tropis yang sangat tinggi keaneka-ragaman hayatinya sebagai potensi wisata alam daerah tropis. Ratusan kelompok etnis dan budaya mereka juga dapat dianggap sebagai potensi pariwisata yang luar biasa.
Namun, ada beberapa pertanyaan dasar yang tentunya perlu dijawab.
Pertama: “Bagaimana seharusnya sumber daya itu digunakan didasarkan azas berkelanjutan?” Meskipun pertanyaan di atas tampaknya sangat sederhana, jawabannya tidak demikian. Tanpa pengetahuan yang mendalam tentang sumber daya pariwisata, akan sulit untuk menentukan potensi budaya dan sumber daya alam untuk pariwisata, potensi pasar, dan kualitas sumber daya manusia yang diperlukan untuk merencanakan dan untuk menjalankan pembangunan.
Pertanyaan mendasar yang kedua, yang memerlukan beberapa solusi, adalah: “Bagaimana konsep pembangunan pariwisata yang berkelanjutan bisa diterapkan ke dalam proses pembangunan lain yang sedang berlangsung”.
Ini bukan tugas yang mudah untuk memperkenalkan konsep lisan sekte baru ke dalam proses pembangunan yang berlangsung, yang meliputi banyak aspek lain. Secara umum, strategi pengenalan akan selalu membutuhkan evaluasi proses pembangunan yang ada.
Ketiga: “Bagaimana mengubah persepsi, sikap dan motivasi stakeholder (pemangku kepentingan) untuk berbuat sesuai dengan arah dan kriteria baru untuk pengembangan pariwisata “. Ini jelas juga memerlukan pengetahuan khusus, tetapi diperlukan untuk mencapai hargapenjualan yang tinggi untuk produk-produk pariwisata.
Persoalan mendasar ini akan menjadi lebih gawat untuk pemerintah daerah mana pun.
Dengan berbagai keterbatasan penting seperti modal dan sumber daya manusia, pemerintah setempat tidak dapat memecahkan berbagai masalah krusial hanya melalui euforia otonomi. Salah satu hambatan penting adalah eksploitasi yang wajar sumber daya alam (termasuk sumber daya pariwisata), yang dipromosikan hanya untuk membiayai pembangunan program jangka pendek. Dengan pikiran pertimbangan ini, maka dianggap perlu untuk melakukan studi perencanaan pariwisata berkelanjutan di Indonesia terutama di tingkat lokal daerah otonom.
Faktor lain yang mudah menjadi kendala utama bagi Indonesia adalah terbatasnya pendanaan. Untuk mengembalikan tujuan pariwisata massal semula, pemerintah perlu bekerja keras untuk mengumpulkan dana dari berbagai tingkatan pengusaha pariwisata yang tengah mencoba bertahan hidup dengan merosotnya jumlah turis di pasca tujuan pariwisata massal mereka. Di sisi lain, pembangunan destinasi yang baru di beberapa daerah juga membutuhkan dana besar untuk mampu memenuhi berbagai persyaratan dan kriteria yang ada seperti untuk melakukan penilaian dampak lingkungan (AMDAL) atau pengolahan air, dll.
Jika semua biaya dihitung dalam investasi, maka harga produk akan cenderung terlalu mahal dan hanya akan terjangkau oleh konsumen eksklusif tertentu. Sementara itu, eksklusifisme, bertentangan dengan kriteria paradigma baru pendekatan pembangunan partisipatif; yang juga menjadi kriteria penting terhadap keberlanjutan. Hambatan terbatasnya dana sangat krusial di Indonesia. Di satu sisi,
benar - benar berharap untuk memiliki manfaat ekonomi dari pariwisata, di sisi lain, Indonesia pada umumnya harus membiayai berbagai persyaratan dan kriteria keberlanjutan.
Investor internasional adalah salah satu peluang yang diimpikan Indonesia untuk meraihnya. Namun, investasi internasional akan selalu berakhir dengan kehilangan modal (capital-loss) atau pelarian modal (capital-flight), yang merupakan suatu ciri dalam situasi ekonomi dan politik tertentu. Memperhatikan semua rintangan di atas, ada satu pertanyaan untuk dijawab: “Apa yang harus dan bisa dilakukan Indonesia agar mampu membiayai pengembangan pariwisata berkelanjutan untuk memperoleh manfaat yang optimal”.Salah satu kemungkinan jawaban untuk pertanyaan itu adalah dengan “mengembangkan perencanaan yang baik melalui pemerintahan yang baik “.



D. Perencanaan kegiatan

a. Objek pembangunan
Yang menjadi objek pembangunan yaitu :
1. Pantai batu gong,
Lokasi : kota kendari, Sulawesi tenggara
Jarak tempuh : 40 km dari pusat kota
2. Pantai harapan
Lokasi : kolaka, kompleks pt. antam pomala`a
Jarak tempuh : sekitar 15 km dari pusat kota

b. Perencanaan pembangunan
Perencanaan pembangunan dua objek wisata tersebut meliputi:
1. Penginapan
2. Rumah makan
3. Instalasi pembangkit listrik dan sarana air bersih
4. Pembangunan sistim telekomunikasi baik itu berupa telepon, telegraf, radio, televise, kantor pos dan warung internet.
5. Pelayanan puskesmas maupun rumah sakit.
6. Pelayanan keamanan, baik itu pos satpam maupun pos polisi
7. Pelayanan wisatawan pusat informasi ataupun pemandu wisata
8. SPBU (Pom Bensin)
9. Dan lain – lain.

E. Pelaksanaan kegiatan.

1. Pelaksanaan pembangunan penginapan di objek wisata.
Suatu objek wisata mutlak adanya penginapan. Hal ini dimaksudkan agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal di objek wisata tersebut. Semakin lama wisatawan menetap maka semakin banyak devisa yang bisa didapatkan.

2. Pengadaan rumah makan
Rumah makan menjadi salah satu factor yang paling penting dalam mendukung keberhasilan kepariwisataan kerana rumah makan menyajikan makanan – makanan yang khas dari daerah lokasi pariwisata tersebut. Dalam hal ini yaitu masyarakat daerah yang tinggal di sekitar objek wisata pantai batu gong dan pantai harapan harus memiliki makanan khas yang dapat menarik perhatian para wisatawan. Contohnya sinonggi.
3. Instalasi pembangkit listrik dan sarana air bersih
Pemasangan instalasi sangat dibutuhkan di tempat wisata dikarenakan dapat menjadi alat penerangan dan sebagai pendukung alat – alat elektronik supaya kebutuhan wisatawan akan daya listrik dapat dipenuhi sebagai tuntutan dari perkembangan teknologi yang semakin canggih dalam hal komunikasi dan alat – alat komunikasi memerlukan tenaga listik.
Sarana air bersih dibangun untuk menjamin ketersediaan air bersih ( aim minum dan MCK )bagi para turis/wisatawan
4. Pembangunan sistem komunikasi
Hal ini bertujuan agar para wisatawan dapat menyalurkan informasi kepada kerabatnya atau kepada orang lain. Komunikasi yang sifatnya virtual menggunakan media dunia maya sangat efektif dari pada komunikasi antar persona.


5. Pelayanan puskesmas atau rumah sakit
Puskesmas atau rumah sakit menjadi hal yang mutlak untuk dibangun di lokasi pariwisata. Lokasi pariwisata terkadang dapat menjadi area yang tidak aman bagi para pengunjung kaena faktor alam yang tidak bisa diprediksi. Bencana alam yang kemungkinan terjadi di daerah pantai biasanya berupa gelombang pasang atau yang lebih parahnya lagi bias saja terjadi tsunami. Jika ketika itu tidak ada sarana rumah sakit, maka para wisatawan akan “terlantar” atau yang lebih buruk lagi dapat menyebabkan kematian. Hal itulah mengapa perlu dibangun rumah sakit di daerah pariwisata.

6. Pelayanan keamanan
Keamanan juga dapat menjadi factor utama untuk menjaga kelestarian pariwisata. Karena kejahatan terjadi bukan karena akan adanya niat, tetapi karena adanya kesempatan. Dalam hal ini menjaga kemungkinan yang bias berdampak negative dia lokasi pariwisata.
7. Pelayanan jasa pemandu wisata.
Dengan adanya pemandu wisata, maka para wisatawan dapat mengetahui secara detail situasi dan kondisi serta apa saja yang ada/ fasilitas di lokasi pariwisata.
8. Jasa pom bensin/SPBU
Hal ini yang menjadi pendukung dalam transportasi ke lokasi pariwisata. Dengan menyediakan jasa tersebut maka para wisatawan tidak akan kuatir tentang transportasi yang digunakannya.


F. Evaluasi program
Dari perencanaan yang telah disusun dan dilaksanakan, maka evaluasi yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Sarana penginapan harus di lengkapi dengan alat – alat penunjang kenyamanan para wisatawan seperti ruang tunggu, cafeteria dan lain ssebagainya
b. Sarana penginapan juga harus dilengkapi dengan cleaning service supaya para wisatawan tidak merasa terganggu/tidak nyaman dengan sampah yang ada di penginapan.
c. Sarana penginapan harus memiliki lebih dari satu MCK
d. Pada tempat cafeteria atau rumah makan, harus menyiapkan makanan – makanan yang segar dan sehat serta menarik (istimewa) sehingga para wisatawan tidak lagi keluar untuk mencari makanan.
e. Sarana komunikasi seperti area hotspot, televise dan lainnya harus ditunjang dengan daya listrik yang cukup besar.
f. Satpam/pihak berwajib (polisi) sebagai petugas keamanan lokasi pariwisata harus selalu memantau lokasi pariwisata agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.
g. Seandainya terjadi complain atsa ketidak nyamannya pengunjung/kurangnya fasilitas maka pihak perusahaan harus segera mengatasin hal tersebut.


G. Kesimpulan

Tempat pariwisata memang harus ada di setiap daerah yang bepotensi untuk dijadikan tempat berwisata seperti kota kendari yang memiliki pantai batu gong dan kota kolaka yang mempunyai pantai harapan.

Dengan adanya perencanaan pembangunan di daerah pariwisata, maka pemerintah harus mendukung program tersebut agar pariwisata tersebut akan lebih bagus dan dapat menjadi pendapatan daerah yang juga akan menambah devisa Negara, khususnya di Kota Kendari.

Dengan berbagai keterbatasan penting seperti modal dan sumber daya manusia, pemerintah setempat tidak dapat memecahkan berbagai masalah krusial hanya melalui euforia otonomi. Salah satu hambatan penting adalah eksploitasi yang wajar sumber daya alam (termasuk sumber daya pariwisata), yang dipromosikan hanya untuk membiayai pembangunan program jangka pendek. Dengan pikiran pertimbangan ini, maka dianggap perlu untuk melakukan studi perencanaan pariwisata berkelanjutan di Indonesia terutama di tingkat lokal daerah otonom di Sulawesi tenggara khususnya kota kendari dan kolaka.

Keberhasilan atau kegagalan pengembangan juga akan ditentukan oleh perencanaan yang hati-hati dan tepat yang mengikuti orientasi yang jelas dengan langkah-langkah pembangunan yang terkait.